Anda Pengunjung ke-

Dilema Seorang Gadis Cantik

Dilema Seorang Gadis Cantik

Suara isak tangis terdengar di sudut masjid kampus. Seorang gadis tengah mengadukan isi hatinya kepada Sang Pemilik hati. Tak dipedulikannya senja yang mulai pudar. Kini ia hanya ingin mengungkapkan segala gundah pada-Nya. Betapa berat beban yang ia rasakan hingga air matanya mengalir begitu deras. Seisi masjid pun menjadi saksi betapa kecilnya manusia di hadapan Sang Pencipta. Di tengah syahdunya doa gadis itu, ia tak sadar bahwa sedari tadi ada seseorang yang mengawasinya di balik tirai hijab antara tempat shalat laki-laki dan perempuan.

Senja itu ia habiskan bersujud di dalam masjid. Namun ketika ia menyadari bahwa waktu menunjukkan maghrib akan segera tiba, lekas ia menghapus air mata yang tak tebendung. Ia bangkit dari sujudnya dan segera mengambil air wudhu. Jamaah masjid kampus mulai berdatangan, kebanyakan yang shalat di sini adalah mahasiswa yang telah kuliah sore. Sementara gadis itu hanya ingin ber’itikaf di sana karena memang kosannya sangat dekat dengan masjid.

Usai shalat, ia lanjutkan berdo’a pada-Nya Sang Maha Mengetahui segala isi hati.

“Duhai Allah, Yang Maha Pengasih, ampunilah segala dosa hamba, sungguh aku begitu kecil di hadapan-Mu, Kuasa-Mu begitu agung Ya Rabb. Engkaulah yang begitu dekat dengan hamba, Engkau adalah kunci dari segala permasalahan hamba... Karena itu, kumohon jalan keluar yang terbaik untukku. Lepaskanlah segala beban yang selama ini ada di pundakku, sucikanlah hati dan pikiranku. Kumohon dengan sangat Ya Allah... Kabulkanlah... Aamiin Ya Robbal’alamiin.”

* * *

Sarah nama gadis itu. Ia sangat cerdas, aktif, lembut, dan cantik. Orang yang melihatnya menganggap bahwa ia memiliki segalanya. Orang tua yang sangat menyayanginya, kebutuhan yang serba tercukupi, bahkan wajah yang sangat cantik pun karunia yang ia miliki.

Sarah adalah salah satu wanita yang sangat terkenal di kampusnya. Bukan hanya karena kecantikan wajahnya yang mampu memikat hati siapapun yang melihat, tapi juga kecantikan yang ada dalam hatinya membuat ia terlihat begitu sempurna.

Namun, di balik semua itu Sarah selalu merasa ada yang kurang dalam dirinya. Ia selalu merasa bersalah, dan perasaannya itulah yang selalu mengganggunya setiap waktu.

“Vi, apa ada yang salah dalam diriku?” Tanya Sarah pada sahabat terdekatnya.

“Apa maksudmu? Selama kau bersabat denganku, aku merasa kau tak pernah salah, Sarah,” jawab Via yang sudah bersahabat dengannya tiga tahun sejak awal masuk kuliah.

“Jawab dengan jujur Vi... Aku merasa selalu dikelilingi dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh diriku sendiri,” ungkap Sarah sambil menunduk.

“Aku tak mengerti dengan apa yang kau katakan. Seharusnya kau bersyukur atas kelebihan yang Allah berikan untukmu. Kau itu cantik, baik, banyak orang yang suka denganmu dan banyak yang mengagumimu,” nasihat Via lembut.

“Justru di sanalah permasalahannya, Via. Aku sering bermuhasabah, mengevaluasi diriku sendiri. Apa ada yang salah dalam diriku? Mengapa begitu mudah orang lain menyukaiku? Mengapa banyak yang kagum padaku? Padahal aku bukan siapa-siapa...” Ucap Sarah sambil tersedu. Sementara, Via yang duduk di sampingnya tak mampu berkata apa-apa. Ia merasakan betapa berat beban yang ditanggung oleh sahabatnya itu.

Ungkapan Sarah memang bukan tanpa alasan. Sudah banyak laki-laki yang menyatakan cinta padanya, mengaku kagum dengan kebaikannya, dan berharap Sarah menjadi kekasih mereka. Namun tak pernah Ia menghiraukannya. Ia berusaha memegang prinsip untuk tidak pacaran sebelum menikah, karena Ia ingin menjaga kesucian diri dan hatinya.

Pernah suatu saat ada yang bertanya padanya, “Apakah kau tak ingin jatuh cinta?”

Maka ia pun menjawab, “Aku bukan tak ingin jatuh cinta, tapi cinta adalah kesucian. Cinta berbicara tentang hati, ketulusan, dan kejujuran.”

Begitulah, ia merasa cintanya harus dijaga jangan sampai ternoda. Bukan diobral seperti banyak lelaki yang mengungkapkan cinta padanya. “Itu bukan cinta!” tegasnya.

Hal itulah yang sering membuatnya menangis usai tahajud.
“Rabb... Kumohon berikanlah jalan keluar yang terbaik untuk hamba-Mu yang lemah ini...” pintanya dalam setiap doa.

Sampai suatu hari, Allah seolah menjawab doanya.

Malam itu, ia memutuskan untuk pulang menemui orang tuanya. Ia ingin mengungkapkan segala kegundahan hatinya pada mereka. Ia rindu suasana rumah yang selalu memberinya ketenangan. Namun, belum juga ia sampai, sebuah kecelakaan memaksanya untuk berhenti sejenak pada harapannya.

Langit begitu pekat tanpa bulan dan bintang yang menghiasi. Rintik hujan perlahan mulai membasahi bumi. Jalanan terlhat begitu sepi. Sementara laju bus yang ditumpangi Sarah memecah kesunyian. Namun, sunyi di malam itu terlihat seperti fatamorgana. Bus itu terus melaju dengan kecepatan yang tinggi. Di tengah perjalanan yang panjang itu, tiba-tiba bus yang ditumpangi Sarah menabrak sebuah mobil truk yang melaju sama kencangnya dari arah yang berbeda. Tepat di tikungan tajam, kedua mobil besar itu saling menunjukkan keangkuhannya.

Saking kerasnya tabrakan yang terjadi, bagian depan bus sudah tak berbentuk, sopir tergencit dan tak mampu mengendalikan bus lagi. Akhirnya bus itu pun oleng dan ternyata tikungan tajam tempat terjadinya kecelakaan itu tepat berada di samping jurang yang curam. Lantas saja bus itu jatuh ke jurang. Sementara seluruh penumpang yang berada di dalam bus panik dan tak tertolong.

* * *

Di tengah puing sisa tabrakan semalam, ternyata masih ada seseorang yang berjuang melanjutkan hidupnya. Di antara belasan mayat yang tergeletak, ia mencoba membuka mata dan mengatur nafasnya. Terlihat sekujur tubuhnya dipenuhi luka dan darah segar yang masih bercucuran. Namun, tak lama matanya kembali terpejam.

Saat matahari tepat berada di atas ubun-ubun, tim penyelamat baru saja tiba untuk mengevakuasi para korban kecelakaan. Badan bus dan truk sudah hanya tinggal puing-puing. Seluruh korban segera dibawa dan dievakuasi. Namun, tim evakuasi menemukan ada seseorang yang masih hidup.

“Ada yang masih hidup di sini, detak jantungnya masih ada!” ucap salah seorang tim evakuasi ketika melihat seorang gadis yang kakinya tertindih bagian badan bus. Lekas saja ia segera diselamatkan dan dibawa dengan ambulans menuju rumah sakit. Ternyata, di antara belasan korban, hanya gadis itu yang selamat.

Setibanya di rumah sakit, dokter segera menanganinya dan berusaha menolongnya.

“Kondisinya sudah sangat kritis, kalau sedikit saja terlambat dibawa ke rumah sakit, mungkin ia sudah tak tertolong,” ucap dokter itu setelah memberikan pertolongan pertama pada pasien korban kecelakaan itu.

“Terima kasih, Dok. Namun kami kesulitan mencari identitasnya untuk menghubungi keluarganya,” ucap salah seorang tim yang telah menemukan gadis itu.

“Iya, tidak apa-apa, kita tunggu saja sampai ia sadar, karena sekarang kondisinya masih sangat kritis,” ucap dokter.

Tak lama, beberapa keluarga korban mulai berdatangan ke rumah sakit, di antara orang-orang itu, terlihat sepasang suami istri yang mencari-cari anak gadisnya.

“Pak, di mana anak saya?” tanya sang ibu dengan nada khawatir pada petugas rumah sakit.

“Tenang bu, kami minta data anak ibu untuk dicocokkan dengan data yang kami miliki,” ucap salah seorang perawat. Segera ibu itu memberikan biodata lengkap anaknya. Kemudian perawat itu pergi untuk mengambil data yang sudah berhasil ditemukan. Tak lama, ia kembali membawa sebuah map yang berisi data para korban.

“Maaf bu, data anak ibu tidak ada di sini,” ucapnya.

“Tidak mungkin! Kemarin anak saya janji akan pulang, namun ia tak kunjung datang. Sampai akhirnya kami mendengar ada berita kecelakaan di jalan yang menuju rumah kami. Saya yakin anak saya ada di sini,” ucap sang ibu memastikan.

Perawat itu bingung karena memang data yang diberikan oleh ibu itu tidak ada dalam data yang berhasil dikumpulkan. Namun tiba-tiba, seorang dokter menemui mereka dan mengatakan bahwa masih ada seorang gadis yang belum diketahui identitasnya. Akhirnya kedua orangtua itu pun diajak ke ruangan tempat gadis yang sedang dirawat.

“Apakah ia anak ibu?” tanya dokter itu. Sejenak mereka memerhatikan gadis yang terbujur kaku di hadapan mereka. Hampir saja mereka tak mengenalinya karena sekujur tubuhnya dipenuhi oleh luka, bahkan wajahnya sudah tak jelas lagi.

“Dia Sarah, anak kami!” Tiba-tiba ibu itu berkata yakin.

“Dari mana ibu tahu kalau itu anak ibu?” tanya dokter kembali.

“Saya ibunya, dan saya kenal betul dengan anak gadis saya,” jawab ibu itu sambil tangannya mengelus kepala gadis yang tak berdaya itu. Sungguh, sentuhan lembut dan tulus seorang ibu memang sebuah karunia. Tiba-tiba saja mata gadis itu terbuka perlahan-lahan. Ditatapnya wajah ibu di hadapannya, lalu segaris senyum mulai mengembang di bibirnya.

“I..bu...” ucap gadis itu terbata. Digenggamnya tangan ibunya yang sedari tadi tak lepas memegangnya.

“Iya sayang, ibu di sini, kau sudah kembali,” ucap ibunya. Setetes air mata terjatuh di pipinya, ia menangis bahagia. Setelah pulih, Sarah segera dibawa pulang oleh kedua orangtuanya.

Beberapa bulan berlalu setelah kecelakaan di malam yang mencekam itu. Kini kondisi Sarah sudah mulai membaik, namun ada yang terlihat berbeda dari dirinya. Sarah yang sekarang bukan Sarah yang dulu lagi. Kecelakaan itu telah mengambil semua kecantikan yang ia miliki. Wajah dan sekujur tubuhnya dipenuhi bekas luka, serta kakinya patah karena tertindih oleh bagian badan bus. Tak terlihat lagi kecantikan yang dulu dikagumi banyak orang. Namun, meskipun fisiknya tak sempurna, Sarah masih memiliki hati yang cantik melebihi fisiknya.

“Alhamdulillah Sarah bersyukur, Allah masih memberikan Sarah kehidupan. Dia menyelamatkan Sarah dan mengizinkan Sarah untuk bertemu dengan ibu dan ayah,” ucap Sarah pada kedua orangtuanya.

Meskipun dalam kondisi yang belum pulih total, dia memutuskan untuk kembali kuliah, melanjutkan skripsinya yang sempat tertunda karena musibah yang menimpanya. Namun, ada hal berbeda yang dia rasakan. Tak ada lagi orang-orang yang dulu mengejar-ngejarnya. Hidupnya terasa lebih tentram dan damai.

“Apapun yang terjadi, kau tetaplah sahabatku. Mereka hanya melihat dari fisik saja, sementara tak mampu melihat hatimu yang begitu suci,” ucap Via saat mereka usai shalat di mesjid kampus.

“Terima kasih, sahabatku. Aku tahu, segala keindahan itu hanya milik Allah. Semoga Allah selalu menjaga hati kita agar tetap indah dengan karunia-Nya,” ucap Sarah sambil memeluk sahabatnya.

Akhirnya, karena kegigihan, ikhtiar, dan doa yang kuat, Sarah berhasil lulus dengan menyandang predikat Cumlaude. Meskipun dengan segala keterbatasan, namun ia mampu membuktikan bahwa dirinya bisa. Ia yakin, bahwa Allah selalu bersama hamba-Nya yang bersungguh-sungguh.

0 Response to "Dilema Seorang Gadis Cantik"

Post a Comment

Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel