Anda Pengunjung ke-

Yatim Piatu

Gadis kecil itu masih terduduk di samping dua gundukkan tanah merah yang membisu. Bertemankan hujan yang semakin membasahi hatinya yang sendu, ia masih saja menatap nisan yang bertuliskan nama orang-orang yang begitu dicintainya. Bunga kamboja yang sedikit menghiasi gundukan tanah merah itu pun semakin layu.

Derasnya hujan, petir yang memekakan telinga, dan angin yang menusuk tulang, tak dipedulikannya. Yang kini ada dipikirannya adalah orang-orang yang selama belasan tahun menjaganya. Yang kini ada di hatinya adalah kasih sayang orang-orang yang dikasihinya. Yang kini telah tiada…

“Ayah, Ibu… Dinda rindu… Sungguh…” dalam tangisnya, ia ungkapkan seluruh gejolak batinnya. Langit pun seolah mengerti isi hatinya dan turut menangis untuknya.

Sebenarnya perasaan itu sudah lama ia pendam. Perasaan rindu yang mendalam, yang selalu mengusik hari-harinya. Ia tak tahu bagaimana harus mengobatinya, karena luka itu semakin menganga. Bukan pada dua gundukan tanah itu ia mengadu, bukan pula pada jasad yang bersembunyi di baliknya. Namun pada Sang Pemilik ruh, ia tumpahkan segalanya.

“Rabb, Engkaulah yang menciptakan mereka, Engkau pula yang berhak mengambil mereka. Karena itu, kumohon pada-Mu, sampaikan rindu ini pada mereka… sampaikan sayang ini pada ayah ibuku… sampaikan Ya Rahmaan…”

Ia tak tahu lagi pada siapa ia limpahkan semua perasaannya, selain pada Allah yang begitu dekat dengan hamba-Nya.

Entah sudah berapa lama ia berada di sana, awan gelap mulai menyelimuti bumi. Setelah semua yang mengganjal di batinnya ia ungkapkan, ia pun beranjak dari tempat itu. Sebelum pergi, ditatapnya kembali dua gundukan tanah merah yang takkan pernah bisa menjawab rindunya. Sebuah doa ia lantunkan untuk mereka yang jasanya tiada berbalas.


            Baca Semua Episodenya ...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel