Shalat di Masjid
18 February 2015
Edit
RAKA DAN RAI
Shalat di Masjid
Adzan Maghrib berkumandang. Saat itu
Raka dan Rai yang sedang asyik bermain langsung berhenti dan mendengarkan suara
panggilan untuk shalat itu. Mereka sangat senang mendengar lantunan suar adzan.
Meskipun tidak mengerti artinya, namun mereka faham bahwa adzan itu adalah
panggilan untuk shalat bagi seluruh umat muslim di dunia.
Setelah adzan selesai, barulah
mereka bergegas mengambil air wudhu. Namun, saat hendak shalat, mereka melihat
ayah yang telah rapi dengan sarung, baju taqwa dan kopiahnya.
“Anak-anak, sekarang ayah mau ajak
kalian shalat Maghrib di Masjid, mau ikut?!” tanya ayah membuat Raka dan Rai
gembira karena bisa shalat Maghrib di Masjid.
“Mau…! Tapi kita siap-siap dulu ya,
bawa alat shalatnya,” ucap Raka.
“Ya sudah, ayah tunggu di depan
rumah ya, tapi jangan lama, supaya kita bisa ikut shalat berjamaah di Masjid,”
ucap ayah.
Bergegas Raka dan Rai berlari
mengambil alat shalat mereka. Dengan rapi, dipasangkannya kopiah di atas kepala
mereka. Dan sebelum berangkat ke Masjid, tak lupa mereka berpamitan dan
mengucapkan salam pada ibu.
Di Masjid samping rumah mereka,
orang-orang sudah berbaris dalam barisannya. Sementara itu, ayah dan
anak-anaknya menempati barisan ke lima .
“Ayah, aku ingin baerbaris di
barisan paling depan ya? Supaya bisa mendengar bacaan imamnya lebih jelas!”
pinta Rai setengah merengek. Namun, ayah tak memenuhi keinginan Rai karena
barisan paling depan sudah terisi penuh.
“Lain kali saja ya Nak, barisannya
sudah penuh. Di sini juga pasti terdengar suara imamnya karena pakai pengeras
suara!” ayah mengingatkan dengan bijak.
Karena keinginannya tak terpenuhi,
Rai cemberut, wajahnya ditekukkan ke bawah. Ada air mata yang hampir menetes di pipi
mungilnya.
“Sini Nak, kamu bisa ke depan.
Karena tubuhmu kecil, jadi masih cukup untuk shalat di barisan paling depan,”
ucap seorang Bapak setengah baya. Mendengar ucapan bapak yang baik hati itu,
Rai merasa senang. Segera ia menghapus air matanya.
Namun, sebelum ke depan, ia melihat
dulu ke wajah ayahnya untuk meminta izin. Ayah mangangguk sambil tersenyum dan
membolehkan Rai shalat di sana .
“Terima kasih ayah, Rai ngga akan
ribut kok, Rai mau shalat dengan baik!” janji Rai.
Akhirnya, setelah terdengar suara
iqomah, shalat Maghrib pun dimulai. Raka, Rai dan seluruh jamaah di Masjid itu
mengikuti setiap gerakan shalat imam dengan khusyuk.
Usai shalat, mereka berdoa sambil
menengadahkan tangan. Ada
senyum yang begitu indah terlukis di wajah polos kedua anak tersebut. Mereka
senang karena kewajiban shalat bagi orang muslim telah terpenuhi, yaitu salah
satunya kewajiban shalat lima
waktu.
(Deska
Pratiwi)