Anda Pengunjung ke-

Bahagiaku adalah Bahagia Kalian

Di malam yang sunyi ini, ingin kuungkapkan semua rasa yang ada di hatiku. Tentang cintaku, kasih dan sayangku, semua tentang aku dan hatiku.

Dua tahun telah berlalu sejak mamah pergi menuju tempat keabadian, tapi kasih sayang dan cintanya masih kurasakan hingga kini bahkan sampai nanti aku tak dapat bernafas lagi, sampai aku bertemu kembali dengan mamah di surga.

Sembilan tahun pun telah berlalu, ketika terakhir kali aku melihat tatapan tulus bapak. Meski tak berucap, namun kutahu di dalam hatinya ada cinta dan sayangnya untukku dan semua anak-anaknya. Ayah yang begitu bijaksana, tegar, dan tanggung jawab, kini telah tiada. Tapi, walau telah bertahun-tahun pergi, seolah sosoknya masih ada di sini. Sikapnya, perhatiannya, dan kasih sayangnya terpancar pada jiwa kakakku yang begitu menyayangi adik-adiknya.
‘Sungguh, aku melihat sosok ayah dalam dirimu, Kak…’

Aku selalu ingin memberikan yang terbaik untuk keluargaku, karena kebahagiaan mereka adalah kebahagiaanku. Tak ingin sekalipun melihat rona sedih pada wajah mereka. Apapun akan aku lakukan demi melihat senyum mereka. Aku bahagia jika dapat melihat kakak dan adik-adikku bahagia.

Sejak mamah pergi, aku sadar bahwa akulah yang akan menggantikan sosoknya, meski kasih sayang mamah takkan pernah terganti. Aku anak perempuan yang paling besar di antara saudara-saudara kandungku yang lain setelah kakak laki-lakiku. Aku pun tahu, bahwa setelah kepergian mamah, keadaan akan menuntutku untuk lebih dewasa, lebih tanggung jawab, dan lebih memperhatikan adik-adikku khususnya. Kini, aku ingin menjalankan peranku sebagai sosok ibu dan kakak untuk mereka.

Tak pernah ada yang sempurna di dunia ini, termasuk diriku, karena kesempurnaan hanya milik Allah Sang Pemilik Jiwa. Namun, aku selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik bagi semua orang yang kucintai.

Terkadang, aku pun merasa bahwa aku tak berarti apa-apa, aku bukan siapa-siapa, bukan orang hebat yang dapat melakukan segalanya dengan baik. Aku belum mampu mendidik adik-adikku, belum mampu menyelesaikan semua masalah dan urusan mereka, dan belum mampu menjadi kakak yang baik untuk mereka. Masih banyak kekuranganku, bahkan sifat manja dan egoku masih saja sering kuperlihatkan sadar ataupun tak sadar.

Sebagai seorang anak, jujur, aku ingin sekali mendapat perhatian dan kasih sayang. Terkadang, aku merasa sendiri di dunia ini, hanya bisa mencurahkan kasih sayang, sementara aku sendiri tak mendapatkan itu dari orang lain. Padahal, aku punya Allah, aku punya kakak, aku punya adik-adik, saudara, dan orang-orang yang selalu menyayangiku. Hanya saja aku sering lalai terhadap itu. Padahal aku sendiri belum bisa banyak memberikan kasih sayangku untuk mereka.
‘Rabb, maafkan hamba…’

Aku yakin, Allah selalu memberi yang terbaik untukku, karena hidup ini bukan seperti apa yang kuinginkan, tapi hidup ini adalah seperti apa yang aku jalani. Maka, aku akan menjalani hidup ini dengan sebaik-baiknya, semampu yang bisa kuberikan untuk hidupku, sampai aku ada di batas mampuku, sampai aku menutup mata…

Sebelum habis sisa usiaku, aku selalu ingin berbuat sesuatu yang dapat menjadi sejarah. Dikenang orang lain, meski diriku sudah tak ada di dunia ini. Aku ingin berkarya karena aku ingin ketika aku pergi nanti, orang-orang akan mengingatku dengan semua karyaku. Dapat memberi manfaat untuk semua orang adalah inginku, bukan malah menjadi beban. Lakukan apapun yang bisa kulakukan sebaik-baiknya, total action!

Aku merasa seolah mamah memberikan kepercayaannya padaku, untuk dapat menjaga saudara-saudaraku tercinta. Aku ingin memberikan kasih sayang untuk mereka, seperti mamah yang telah menyayangiku sejak kecil. Cukup Allah yang menjadi kekuatanku, sumber utama cintaku. Cukup aku mendapatkan Ar-rahmaan dan Ar-Rahiim Allah, agar aku dapat mencurahkannya untuk kakak dan adik-adikku.

Tak lama lagi saat-saat yang akan menjadi sejarah hidup baru untuk adik perempuanku satu-satunya tiba. Meski kita hanya berbeda lima menit saat lahir ke dunia, tapi sejatinya kita satu, satu hati. Aku merasakan semua yang adikku rasakan, sedihnya, bahagianya, dan semuanya. Walau kini ia berada jauh di sana, tapi aku merasakan ia dekat, di hatiku.

Aku bahagia. Meski kenyataan mengatakan padaku untuk bersedih. Tapi, tak ada alasan bagiku untuk tidak bahagia. Keluarga besarku ingin menundanya sampai aku yang lebih dulu menempuhnya. Aku tahu, betapa mereka sangat menyayangiku, memperhatikanku, dan menginginkan aku bahagia. Tapi, aku lebih ingin melihat adikku bahagia. Biarlah waktu yang menjawab semua, aku pasrahkan pada Allah, aku ikhlaskan semuanya. Asal adikku bahagia.

Adik manisku yang cantik, aku tahu kau sering mengkhawatirkan aku yang sendiri menjaga adik-adik di rumah, sementara engkau jauh disana. Tapi, apakah kau tahu Dik? Aku jauh lebih mengkhawatirkanmu, sendiri di sana, berjuang untuk hidupmu tanpa keluarga di sisimu… Karena itu, aku menginginkan ada seseorang yang menjagamu di sana, meski aku yakin Allah selalu menjagamu sebab telah kutitipkan engkau dalam setiap do’aku…

Adik kecilku yang baik, tak usah kau terlalu memikirkan aku, karena aku baik-baik saja di sini. Kelak, aku yakin akan ada seseorang yang menyayangiku, seseorang yang telah Allah takdirkan untuk menjadi pendamping hidupku, pelengkap cahayaku. Karena sekali lagi kukatakan, aku bahagia melihatmu bahagia.

Adikku belahan jiwaku, aku hanya bisa berdo’a, semoga seseorang yang akan menjadi bagian hidupmu itu adalah orang yang shaleh, cukup itu, sebab ketika dia shaleh maka dia akan menjalankan perannya dalam mendidikmu. Aku yakin itu, sebab kau adalah wanita shalehah yang akan mendapatkan laki-laki yang shaleh. Bukankah Allah telah menjanjikan bahwa laki-laki yang baik adalah untuk wanita yang baik? Kaulah adik shalehahku…

Aku di sini akan menjaga adik-adik. Inilah jalanku, agar aku dapat lebih memperhatikan mereka, lebih menjaga mereka. Sebentar lagi adik bungsuku akan masuk SMA, jenjang yang lebih tinggi, meski usianya masih terlalu muda untuk memakai baju butih abu-abu. Si bungsu masuk kelas akselerasi, sehingga dia hanya sekolah SMP dua tahun. Tapi aku harap dia dapat belajar dengan baik di sekolah barunya nanti. Begitu pula dengan adikku satu lagi yang sudah menginjak remaja. Adik kebanggaganku. Satu tahun lagi dia akan menginjak bangku perkuliahan, dan kuharap ia akan menjadi lebih dewasa.

‘Jadikan mereka anak-anak yang shaleh, Ya Rabb…’
Ingin rasanya aku dapat membiayai sekolah mereka, memenuhi kebutuhan mereka, dan aku berharap aku mampu dengan bimbingan-Nya. Syukurku juga tiada pernah terhenti, karena baru beberapa hari yang lalu aku mengakhiri masa kuliahku dengan hasil yang terbaik. Sejak awal aku masuk ke Universitas ini, aku punya mimpi dapat menjadi mahasiswa terbaik, lulusan terbaik dengan perdikat Cumlaude, dan semua mimpiku itu telah Allah jawab satu per satu. Alhamdulillah… Usai dari sini, aku ingin segera mengamalkan ilmu yang telah aku dapatkan dengan mengajarkannya di sekolah.

‘Mudahkan segalanya, Ya Siddiq…’
Aku bertekad, dengan bimbingan Allah, mulai dari saat ini akan kuberikan segala yang terbaik yang mampu kulakukan untuk hidupku. Berkarya penuh prestasi, memberi manfaat untuk orang banyak, membahagiakan keluargaku, membahagiakan semua orang yang kucintai dan mencintaiku, membahagiakan kakak dan adik-adikku, serta mewujudkan mimpiku berkumpul kembali bersama Mamah dan Bapak di Surga…
Aamiin ya Robbal’alamiin…


            Baca Semua Episodenya ...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel