Anak Metropolitan
18 February 2015
Edit
Hai…! Kenalkan nama ku Cut Anyi ! Aku pindahan dari sebuah sekolah di Aceh. Aku adalah anak yang beruntung dari beribu-ribu anak Aceh yang terkena musibah, karena dalam keadaan seperti ini masih ada orang yang mau memungut ku menjadi anak asuh mereka. Sekarang aku tinggal di Jakarta. Aku mempunyai seorang teman disini, namanya Vie, dia adalah anak yang rajin, walaupun dia tinggal di kota Jakarta ini sendiri dan harus bekerja keras dalam menghadapi hari esok, dia tetap saja tegar dalam menghadapi hidup. Sayangnya Vie nggak sekolah, karena jangankan untuk sekolah untuk makan saja dia kadang- kadang minta sama tetangga. Eh, kok malah kepanjangan ngomongin orang sih. Yuk, kita lihat misteri kehidupanku di kota Metropolitan ini.
“Wah Vie, hari ini dagangan mu laris ya, Alhamdullillah ya Vie”. “Eh Cut sekarang kan dah sore, nanti bokap nyokap lo marah lagi kamu lum pulang”. “Oh, jadi intinya ngusir nih?”, Jawab ku nyindir. “Bukan gitu”, jawab Vie pendek. “Iya iya Vie sayang, lagian aku juga mau pulang kok”. Aku pun pulang setelah berpamitan sama Vie. Di jalan aku bernyanyi-nyanyi kecil setelah tadi berkelilling menjajakan kue bersama Vie. Sesampainya di gerbang aku sempat berhenti sejenak setelah aku mendengar beberapa teriakkan dari dalam sana. Aku sempat kaget setelah mendengar Papa berteria-teriak memaki mama. “Mama ini gimana sih, Papa kan sudah bilang beberapa kali kalo dia itu anak yang bandel dan tak tahu diri”, teriak Papa dari dalam. “Bukannya Papa yang berpendapat mengangkat anak dari Aceh”, jawab Mama tak mau kalah . Tanpa berpikir panjang aku pun pergi masuk ke dalam dengan air mata yang terus mengalir di pipi ku. Setelah memandang Mama dan Papa beberapa saat aku pun segera lari menuju kamar. Tentunya mama segera mengejarku ke kamar. Hingga akhirnya aku menutup rapat- rapat pintu kamarku, walaupun aku tau Mama berteriak- teriak mengetuk pintu kamarku. Tapi aku tak memperdulikannya.
Malam pun tiba, dan tiba-tiba sebuah ide melayang di pikiranku. Orang tua ku sudah tak memperdulikan aku lagi, dan aku pun bertekad untuk pergi dari rumah di malam itu juga. Aku pun pergi dengan membawa baju yang kuperlukan. Di tengah malam yang dingin aku tak tau harus pergi ke mana. Namun, di kesepianku itu sesosok wanita datang menghampiriku. Aku jadi takut, jangan-jangan itu adalah… “Hai… Cut, lo lagi ngapain malam2 disini?”, suaraVie mengagetkanku. “Vivie!, aku pikir siapa?”. “Eh, lo belom jawab pertanyaan gue tahu!”.”Oh iya maaf, aku lagi bingung nih Vie, orang tuaku bertengkar”. “Kok bisa sih?”, tanya Vie.”Ya iya lah aku kan bukan anak kandung mereka, jadi…”, belum selesai aku ngomong Vie langsung motong.”Maksud lo, mereka masalahin soal itu lagi?”
“Wah Vie, hari ini dagangan mu laris ya, Alhamdullillah ya Vie”. “Eh Cut sekarang kan dah sore, nanti bokap nyokap lo marah lagi kamu lum pulang”. “Oh, jadi intinya ngusir nih?”, Jawab ku nyindir. “Bukan gitu”, jawab Vie pendek. “Iya iya Vie sayang, lagian aku juga mau pulang kok”. Aku pun pulang setelah berpamitan sama Vie. Di jalan aku bernyanyi-nyanyi kecil setelah tadi berkelilling menjajakan kue bersama Vie. Sesampainya di gerbang aku sempat berhenti sejenak setelah aku mendengar beberapa teriakkan dari dalam sana. Aku sempat kaget setelah mendengar Papa berteria-teriak memaki mama. “Mama ini gimana sih, Papa kan sudah bilang beberapa kali kalo dia itu anak yang bandel dan tak tahu diri”, teriak Papa dari dalam. “Bukannya Papa yang berpendapat mengangkat anak dari Aceh”, jawab Mama tak mau kalah . Tanpa berpikir panjang aku pun pergi masuk ke dalam dengan air mata yang terus mengalir di pipi ku. Setelah memandang Mama dan Papa beberapa saat aku pun segera lari menuju kamar. Tentunya mama segera mengejarku ke kamar. Hingga akhirnya aku menutup rapat- rapat pintu kamarku, walaupun aku tau Mama berteriak- teriak mengetuk pintu kamarku. Tapi aku tak memperdulikannya.
Malam pun tiba, dan tiba-tiba sebuah ide melayang di pikiranku. Orang tua ku sudah tak memperdulikan aku lagi, dan aku pun bertekad untuk pergi dari rumah di malam itu juga. Aku pun pergi dengan membawa baju yang kuperlukan. Di tengah malam yang dingin aku tak tau harus pergi ke mana. Namun, di kesepianku itu sesosok wanita datang menghampiriku. Aku jadi takut, jangan-jangan itu adalah… “Hai… Cut, lo lagi ngapain malam2 disini?”, suaraVie mengagetkanku. “Vivie!, aku pikir siapa?”. “Eh, lo belom jawab pertanyaan gue tahu!”.”Oh iya maaf, aku lagi bingung nih Vie, orang tuaku bertengkar”. “Kok bisa sih?”, tanya Vie.”Ya iya lah aku kan bukan anak kandung mereka, jadi…”, belum selesai aku ngomong Vie langsung motong.”Maksud lo, mereka masalahin soal itu lagi?”